Sex Dengan Tante Seksi ayu Pemilik Salon
Cerita
Panas, halo semua, aku punta sebuah cerita dewasa yang menarik buat
kalian simak nie, cerita dewasa yang terangkai tanpa ada kesengajaan dan
tanpa diduga, orang bilang itu rejeki kali ya, coz aku bisa sex dengan
tante-tante seksi yang memang mejadi incaranku
Inilah
cerita dewasa panas yang paling seru. Cerita sex tante seksi pemilik
salon ini berawal saat sebulan yang lalu ketika aku pergi kerumah
sepupuku dede di daerah Bandung, kebetulan rumahnya berada didalam gang
yang tidak bisa masuk mobil. Jadi mobilku aku parkir di depan gang dekat
sebuah salon. Setiba dirumah dede, aku disambut oleh istrinya. Memang
istri si dede yang bernama yeni 30 tahun memang dikategorikan sangat
sexy, apalagi dia hanya mengenakan daster.
“Mas dede sedang ke Pak RT sebentar Mas, nanti juga balik,” sapa si Sandra.
“Oh ya..” jawabku singkat.
Aku disuruh duduk diruang tamu, lalu dia kembali dengan satu cangkir
the manis, karena kursi diruang tamu agak pendek, maka dengan tidak
sengaja aku dapat melihat persis sembulan kedua belah dada si yeni yang
tidak mengenakan BH. Wach pagi-pagi sudah dibuat pusing nich pikirku.
Tapi aku hilangkan pikiranku jauh-jauh, karena aku pikir dia sudah
termasuk keluargaku juga.
Akhirnya
setelah dede tiba, kami bertiga ngobrol hingga sore hari. Lalu aku izin
untuk menghirup udara sore sendirian, karena aku akan nginap dirumah si
dede hingga besok pagi. Aku berjalan kedepan gang sambil melihat
mobilku, apakah aman parkir disana. Setelah melihat mobil aku mampir ke
salon sebentar untuk gunting rambut yang kebetulan sudah mulai panjang.
Disana aku dilayani oleh seorang ibu, umur kurang lebih 45-50 tahun,
kulit kuning langsat, body seperti layaknya seorang ibu yang umurnya
seperti diatas, gemuk tidak, kurus tidak, sedangkan raut mukanya manis
dan belum ada tanda-tanda keriput dimakan usia, malah masih mulus, saya
rasa ibu tsb sangat rajin merawat tubuhnya terutama mukanya.
“Mas mau potong rambut atau creambath nich,” sapa ibu tersebut.
“Mau potong rambut bu” jawabku.
Singkat
cerita setelah selesai potong rambut ibu tersebut yang bernama Neni
menawarkan pijat dengan posisi tetap dibangku salon. Setelah setuju
sambil memijat kepala dan pundak saya, kami berkomunikasi lewat cermin
di depan muka saya.
“Wach pijatan ibu enak sekali” sapaku.
“Yach biasa Mas, bila badan terasa cape benar, memang pijatan orang lain pasti terasa enak” jawabnya.
“Ibu
juga sering dipijat kalau terlalu banyak terima tamu disalon ini,
soalnya cape juga Mas bila seharian potong/creambath rambut tamu sambil
berdiri” jawabnya lagi.
“Sekarang ibu terasa cape enggak” tanyaku memancing.
“Memang Mas mau mijitin ibu” jawabnya.
“Wach
dengan senang hati bu, gratis lho.. kalau enggak salah khan biasanya
bila terlalu lama berdiri, betis ibu yang pegal-pegal, benar enggak bu?”
pancingku lagi.
“Memang benar sich, tapi khan susah disini Mas” jawab Bu neni sambil tersenyum.
Naluriku
langsung berjalan cepat, berarti Bu neni ini secara tidak langsung
menerima ajakanku. Tanpa buang-buang waktu aku berkata “Bu, ibu khan
punya asisten disini, gimana kalau aku pijit ibu diluar salon ini?”
pancingku lagi.
“Mas mau bawa ibu kemana?” tanya Bu Neni
“Sudahlah
bu.. bila Bu Neni setuju, saya tunggu ibu dimobil di depan salon ini,
terserah ibu dech mau bilang/alasan kemana ke asisten ibu” Ibu Neni
mengangguk sambil tersenyum kembali.
Singkat
cerita kami sudah berada didalam hotel dekat Alun-alun. Ibu Neni
mengenakan celana panjang, dengan baju terusan seperti gamis. Aku
mempersilahkan Bu Neni telungkup diatas tempat tidur untuk mengurut
betisnya, dia mengangguk setuju.
“Enggak nyusahin nich Mas”
“Tenang saja bu, enggak bayar koq bu, ini gratis lho.” jawabku.
Lalu
aku mulai mengurut tumit ke arah betis dengan body lotion. Celana
panjang Bu Neni aku singkap hingga ke betisnya, tapi karena paha Bu Neni
terlalu besar ujung celana bagian bawah tidak bisa terangkat hingga
atas. Ini dia kesempatan yang memang aku tunggu.
“Bu
maaf nich, bisa dibuka saja enggak celana ibu masalahnya nanti celana
ibu kena body lotion, dan aku memijatnya kurang begitu leluasa, nanti
ibu komplain nich”
Kulihat
Bu Neni agak malu-malu saat membuka celana panjangnya, sambil langsung
melilitkan handuk untuk menutupi celana dalamnya. Lalu aku mulai memijit
betis beliau dengan lotion sambil perlahan-lahan menyingkap handuknya
menuju pahanya. Kulihat dari belakang Bu Neni hanya mendesah saja,
mungkin karena terasa enak pijitanku ini. Saat mulai memijit pahanya
body lotion aku pergunakan agak banyak, dan handuk sudah tersingkap
hingga punggungnya.
Aku
mulai renggangkan kedua kaki Bu Neni, sambil memijat paha bagian dalam.
Tampaknya Bu Neni menikmatinya. Tanpa buang waktu dalam keadaan
terlungkup aku menarik celana dalam Bu Neni ke bawah sambil berkata
“Maaf Bu yach”.
Dia
hanya mengangguk saja sambil terpejam matanya, mungkin karena Bu Neni
sudah mulai terangsang saat aku pijit pahanya dengan lotion yang begitu
banyak.
Wow
kulihat pantat Bu Neni tersembul dengan belahan ditengahnya tanpa
sehelai rambut yang mengelilingi vagina ibu tersebut. Aku mulai lagi
memijit paha bagian atas hingga ke pantatnya dengan menggunakan kedua
jempolku. Kutekan pantat Bu Neni hingga belahannya agak terbuka lebar,
dengan sekali-kali aku sapu dengan keempat jariku mulai dari vagina ke
atas hingga menyentuh lubang anusnya.
“Och.. Och..”
Hanya
itu yang keluar dari mulut Bu Neni, rupanya dia mulai sangat amat
terangsang, tapi dia type yang pasif, hanya menerima apa yang akan
diperbuat kepadanya. Aku mulai nakal, kulumuri kelima jariku dengan
lotion lalu aku mulai sapu dari anus hingga kebawah ke arah vagina ibu
Neni dan diimbangi dengan makin naiknya pantat Bu Neni
“Och.. Och.. Mas teruskan Mas.. Och..”
Pelan-pelan
kumasukan jari telunjuk dan tengah ke dalam vaginanya, lalu kukocok
hingga mentok kedinding bagian dalam vagina, sambil perlahan-lahan
jempolku menekan lubang anus Bu Neni. Kulihat Bu Neni agak meringis
sedikit, tapi tetap tidak ada sinyal menolak. Jempolku sudah masuk ke
dalam anus Bu Neni, perlahan-lahan sambil kulumuri agak banyak body
lotion kukocok juga lubang anus Bu Neni, hingga sekali tekan jempolku
masuk ke lubang anus, sedangkan jari telunjuk dan tengah masuk ke
vaginanya, dan aktifitas itu aku lakukan hingga 3 menit.
Dan
kulihat Bu Neni sudah tidak lagi meringis tanda kesakitan disekitar
lubang anusnya, tapi sudah terlihat diwajahnya rasa kenikmatan, meskipun
matanya terus terpejam hanya beberapa kali tersengah.
“Och.. Och..”
Setelah itu aku jilat kuping BuNeni dengan lidahku sambil berbisik.
“Aku masukan yach Bu kontolku”
Ibu
Neni hanya mengangguk setuju tanpa membuka matanya. Lalu aku buka
seluruh pakaianku, lalu aku ganjel perut Bu neni dengan bantal yang
kulipat, supaya pantat dan lubang vaginanya agak menguak ke atas. Lalu
aku masukan kontolku ke dalam vagina Bu Neni dan kukocok hingga 15menit,
lalu kulihat lendir putih sudah mulai keluar dari lubang vagina BuNeni
Rupanya
Bu Neni sudah mencapai klimaks hingga mengeluarkan pejunya duluan, lalu
aku seka dengan handuk dan kuayun kembali kontolku hingga 15 menit
kemudian, hingga Bu Neni mencapai klimaks yang kedua kali. Sedangkan
kontolku makin tegang saja tanpa isyarat akan memuncratkan peju. Karena
sudah pegal juga pinggangku, aku ambil body lotion kulumuri anus Bu neni
sambil kubuka lubang anus tersebut hingga masuk ke dalam, lalu aku
pelan-pelan menekan ujung kontolku hingga masuk ke dalam anus Bu Neni.
“Och.. Pelan-pelan Mas..” BuNeni mengeluh.
Terus
kutekan kontolku hingga masuk ke dalam anus Bu Neni, lalu pelan-pelan
aku cabut kontolku. Memang kontolku terasa amat terjepit oleh lubang
anus Bu Neni, ini membuat aku mulai terangsang. Kutekan lagi kontolku ke
dalam lubang anus Bu Neni, dan pelan-pelan mulai kukocok lubang anus Bu
neni dengan kontolku ini sambil melumuri body lotion supaya lubang anus
Bu Neni tidak lecet, terus kulakukan aktifitas ini hingga 5menit dan
tiba-tiba peju dikontol mulai mengadakan reaksi ingin berlomba-lomba
keluar. Lalu kucabut kontolku, dan kulepaskan seluruh pejuku bertebaran
diatas sprei.
Setelah
itu Bu Neni langsung membersihkan badannya kekamar mandi, lalu kususul
Bu Neni di kamar mandi yang sudah tanpa sehelaipun benang ditubuhnya,
lumayan bodynya cukup montok, tetenya sudah agak kendur tapi masih
menantang seperti buah pepaya yang masih tergantung dipohon, perutnya
juga sudah mulai ada lipatan lemaknya, tapi tetap enak dipandang, karena
memang warna kulitnya seluruhnya kuning langsat. Lalu aku bantu Bu Neni
saat hendak memakai sabun ditubuhnya, demikian juga aku dibantu juga
oleh Bu Neni.
Setelah
selesai mandi kontolku mulai bangun kembali, lalu kuminta Bu neni untuk
main kembali, Bu Neni memberikan isyarat ok. Dan kusuruh Bu Neni duduk
dikursi tanpa mengenakan pakaian selembarpun, kuangkat kedua kakinya ke
atas dengan posisi mengangkang lalu kusuruh Bu Neni memeluk kakinya
kuat-kuat, lalu aku jongkok dan mulai menyapu vagina Bu Neni dengan
lidahku, sambil jari telunjukku ikut masuk ke dalam vagina bagian bawah
sambil mengocoknya. Disini Bu Neni tampak mendesah agak keras.
“Och.. Och.. Och.. Masukan saja Mas.. Aku enggak kuat”
Tanpa
buang waktu lagi karena memang kontolku mulai keras kembali, kutekan
kontolku ke dalam lubang vagina Bu Neni kembali sambil setengah berdiri,
sedangkan kedua kaki Bu Neni sudah bersandar di depan bahuku, terus
kusodok vagina Bu Neni dengan kontolku, hingga 30 menit lebih aku belum
bisa juga mengeluarkan pejuku. Lalu kuminta Bu Neni untuk mengisap
kontolku supaya cepat keluar pejuku ini.
Kedua
kakinya kuturunkan lalu aku memegang kedua pipinya ke arah kontolku,
lalu aku memasukan kembali kontolku ke dalam mulut Bu Neni, disini
kulihat Bu Neni mengimbangi dengan isapan serta air liurnya yang mulai
menetes dari mulutnya untuk membuatku cepat mencapai puncak. Memang
benar-benar lihai Bu Neni, sebelum mencapai waktu lima menit aku sudah
tidak tahan lagi menahan pejuku muncrat didalam mulutnya.
Setelah
itu kami berdua membersihkan diri kembali kekamar mandi, lalu kami
kembali ke salon Bu Neni. Sebelum keluar dari mobil, aku sempat berbisik
kepada Bu Neni. Memang yang lebih tua, sangat paham dalam pengalaman
dalam hal ini dibanding dengan yang masih muda. Bu Neni hanya tersenyum
manis saja, sambil turun dari mobilku dan kembali masuk ke dalam
salonnya.
Setelah
kejadian itu, Bu Neni berkomitmen untuk menjalin hubungan just for fun
denganku karena sangat ga mungkin kami berhubungan terlalu jauh seperti
pacaran misalnya. Kami hanya saling mengisi dalam urusan seks saja, dan
itulah yang membuat ku merasa nyaman, dan Cerita Sex Dengan Tante Seksi
ini muncul..
0 komentar:
Posting Komentar